DEEP
Prolog
Hanya kebetulan, atau memang takdir?
- Ann
Dian berdiri di depan pintu, ia berkali-kali menarik napas dalam untuk menghilangkan kegugupannya.
"Oke Di, You got this!!!" Setelah merapalkan kalimat penyemangat akhirnya ia memberanikan mengetuk pintu. Suara dari dalam mempersilahkannya masuk.
Dian memasuki ruangan yang keramat menurutnya, baru kali ini ia memasukinya itupun karena tuntutan keadaan. Mata Dian menangkap dua sosok yang berbeda, seorang paruh baya dengan tatapan ramah, yang ia yakini sebagai Kepala Sekolah mempersilahkannya duduk dan satunya lagi ia yakini sebagai siswa sekolah ini mengingat laki-laki itu mengenakan seragam yang sama dengan dirinya, menatapnya dengan kening berkerut.
"Jadi, Di.."
"Dian pak"
"Ya Dian, bisa saya liat berkas-berkas kepindahan kamu? Dian kebingungan, ia telah menyerahkan semua berkasnya pada kesiswaan.
"Ehm maaf pak, tapi tadi saya sudah menyerahkannya pada Pak Dardi kepala kesiswaan." Dian menggigit bibir bawahnya.
"Oh begitu? Hmm baiklah tunggu disini, saya akan mengambil berkasmu dulu, dan kamu Razka jangan keluar sampai saya menyuruhmu, MENGERTI?!!"
Dian tersentak, walaupun bentakan itu bukan ditujukan pada dirinya tetap saja ia merasa kaget.
"Tenang aja pak, saya kan laki-laki bertanggung jawab, no kabur-kabur club" lelaki disampingnya menjawab dengan santai tapi sambil menatap Dian menyelidik.
Sepeninggal Kepala Sekolah, suasana di ruangan itu menjadi canggung. Dian melirik ke arah Razka yang ternyata telah mengamatinya sejak tadi. Ia melempar senyum sopan yang dibalas Razka dengan decihan.
"Jadi, lo anak baru?" Razka tetap menatap intens ke arah Dian yang tidak sadar sedang diajak berbicara.
"Heh lo!!!" Razka meninggikan suaranya, Dian menoleh, bingung.
"Kamu ngomong sama saya?" Sebenarnya Dian mendengarnya namun ia hanya tidak ingin dianggap pede karena sok dekat dengan orang yang tak dikenalnya.
"Ya lo lah masa setan, cuma ada kita di ruangan ini" Razka memutar matanya jengah, perempuan ini memang terlalu polos atau bodoh sebenarnya.
"Oh hehe maaf" Dian tersenyum sopan.
"Heh jawab!!!"
"Oh?? Emang kamu nanya apa?" Razka menatap jengkel, lancang sekali anak baru ini berani membuatnya merasa jengkel.
"Gue nanya apa lo murid pindahan?" Razka menghela nafas, mencoba menyabarkan dirinya yang sangat ingin menyeret Dian ke lapangan sekolah lalu mengajaknya by one.
"Iya, kok tau?"
"Kelihatan"
"Kelihatan apanya?"
"Gobloknya" Razka yang tertawa terbahak-bahak hingga memegangi perutnya, mengejek Dian tentu saja. Dian hanya terpaku sambal mengerucutkan bibirnya. Meratapi ketidak beruntungannya di hari pertama sekolah sudah bertemu lelaki nakal seperti Razka. Untung saja Pak Kepsek masuk dan langsung menatap tajam Razka hingga tawa itu teredam.
'Rasain lo' Dian tertawa dalam hati.
Komentar
Posting Komentar